Ahmad Fathoni; Pencari Ilmu Tanpa Henti
Melihat perawakannya yang kurus dan bermuka sayu, tidak
akan ada banyak orang yang menyangka bahwa pria pemiliki senyum indah ini
adalah seorang pencari ilmu yang ulung. Ahmad Fathoni namanya, bersahaja dan
selalu terdepan untuk membantu sesama. Ditemui di sebuah pesantren di kawasan Puncak Bogor, ustad toni, begitu ia biasa disapa, berbagi
pandangannya tentang ilmu dan tips-tips mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
“Nafas,” begitu ungkapnya saat ditanya tentang arti ilmu
baginya. Pria asal kota ‘santet’ Banyuwangi ini menjelaskan bahwa ilmu memiliki
posisi yang sangat penting untuk manusia. Tanpanya, manusia tidak bisa hidup,
maka tidak berlebihan kiranya jika ustad
muda ini menyebut ilmu sebagai nafas. Dengan ramah ia juga menjelaskan bahwa
mencari ilmu adalah hal yang wajib secara hukum Islam, karenanya ia rela
meninggalkan kampung halamannya di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa
Timur demi untuk menuntut ilmu.
Pria penyuka kajian-kajian Islam klasik ini kini tinggal
dan beraktifitas di Bogor, di mana ia mencurahkan hampir seluruh waktunya untuk
belajar dan mengajar. “Ilmu itu tidak hanya wajib dicari, tetapi juga wajib
untuk diajarkan,” demikian ungkapnya.
Ustad Toni mengerti betul betapa ilmu memiliki sifat yang
unik; tidak akan berkurang meski kerap diisebarkan, berbeda dengan harta yang
pasti akan habis jika tidak dikumpulkan dan disimpan. “Ilmu itu seperti
pasangan hidup yang harus selalu dijaga,” tambahnya lagi. Ditanya tentang bagaimana
cara menjaganya, Ustad Toni menyebut cara terbaik untuk menjaga ilmu adalah
dengan mengajarkannya.
“Kalau punya ilmu jangan hanya disimpan, nanti malah
meledak dan tidak berguna,” katanya berseloroh.
Ungkapan ini pun terasa benar adanya, ilmu berbeda dengan
emas atau wine yang justru akan lebih baik jika lama disimpan. Ilmu
perlu untuk terus disebar dan dikembangkan, karena hanya dengan cara itulah
manfaat ilmu dapat benar-benar didapatkan.
Pria yang gemar mengenakan sarung ini pun lantas berbagi
tips mencari ilmu yang baik, serta cara untuk membuatnya menjadi berkah. Hal
pertama dan yang sangat penting untuk dilakukan seorang pembelajar adalah
ikhlas. Setiap orang yang mencari ilmu harus ikhlas untuk menjalani prosesnya.
Tanpa ikhlas, proses mencari ilmu hanya akan dirasa sebagai beban dan tidak
menyenangkan. Hal ini disebutnya akan membuat proses belajar tidak maksimal,
hasilnya, ilmu yang didapat tidak akan banyak.
Hal kedua yang ia singgung adalah cinta dan hormat
terhadap guru. Baginya, guru adalah sumber datangnya ilmu, dengan cinta dan
hormat kepada guru, maka ilmu pun akan datang dengan cara-cara yang luar biasa.
Ia bahkan mengatakan selalu memasukkan nama-nama gurunya dalam tiap-tiap
lantunan doa yang ia panjatkan usai sholat.
Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah rajin,
termasuk rajin untuk belajar di luar kelas. Artinya, belajar tidak hanya perlu
dilakukan di dalam kelas, karena di luar kelas pun belajar tetap perlu
diperhatikan. Belajar, sebagaimana ia kutip sebuah hadis, wajib dilakukan sejak
lahir sampai mati kelak.
Dan hal terakhir yang ia sampaikan agar ilmu yang didapat
menjadi berkah adalah, “jangan pelit ilmu.” Maksudnya, jika sudah memiliki
ilmu, jangan segan untuk membagikan. Menurutnya, cara terbaik untuk belajar
adalah dengan mengajar.
Saat wawancara ini berlangsung, udara malam kota Bogor
terasa sangat dingin, namun petuah-petuah dari ustad muda ini benar-benar mampu
menghangatkan suasana. Benar saja, ilmu memang tidak baik jika hanya disimpan. Hal
ini pun sesuai dengan salah satu ungkapan terkenal John F Kennedy yang
mengatakan, “The goal of education is the
advencement of knowledge and the dissemination of truth.”
Laiknya sebuah nafas, proses menuntut ilmu tidak boleh
dibiarkan berhenti; hal ini justru akan membuat kita mati. Teruslah hidup untuk
dan demi ilmu.
Komentar
Posting Komentar