Cegah Penyebaran Hoax, BNPT Gandeng Pegiat Dunia Maya se-Indonesia


Bogor – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan langkah nyata terkait upaya pencegahan penyebaran berita bohong atau hoax yang semakin marak di dunia maya. Melalui gerakan “Cerdas di Dunia Maya”, BNPT menggandeng kalangan pegiat dunia maya untuk terlibat aktif dalam memerangi hoax, yakni dengan kreatif dan produktif dalam menghasilka konten-konten positif di dunia maya.
Indonesia mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan dengan pendekatan rekayasa teknologis dalam mematikan terorisme di dunia maya. Pemblokiran situs radikal tidak serta merta mengurangi aktifitas terorisme di dunia maya. Kebijakan tersebut hanya menghasilkan efek kejut sesaat yang tidak berdampak signifikan dalam meminimalisasi terorisme di dunia maya.
Atas dasar itulah, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencari formula baru dalam membendung arus radikalisme di dunia maya. Fomula baru ini adalah menggabungkan pendekatan rekayasa teknologi dengan rekayasa sosial. Prakteknya, pada tahun 2016 BNPT mencanangkan program Tahun damai di Dunia Maya. Program ini mengajak seluruh komunitas, organisasi dan seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan teknologi sebagai ruang silaturrahmi bukan sarana menebar kebencian, hasutan dan kekerasan.
Redaktur media resmi BNPT dan inisiator program ini, Khoirul Anam, MA., memberikan keterangan terkait program yang telah berjalan sejak satu tahun yang lalu. “Ide peluncuran program “Cerdas di Dunia Maya” ini dilator belakangi oleh meningkatnya peredaran konten-konten negatif, khususnya terkait dengan isu SARA di dunia maya.” Ujar redaktur media BNPT dan inisiator program Khoirul Anam saat ditemui di sebuah café di Bogor Kota, Senin (20/03).
“Pada tahun 2016 saja, peredaran konten negatif di dunia maya sudah mencapai level merah, artinya dunia maya kita sempat sangat kotor saat itu. Dan ini tentu tidak bisa dibiarkan,” ujarnya.
Stephen Crown, Wakil Presiden Microsoft Corporation, dalam debat di Dewan Keamanan PBB tentang kontra-terorisme, dengan nada sedikit pesimistis mengungkapkan “tidak ada senjata pamungkas yang akan menghentikan teroris menggunakan internet, seandainya ada penyelesaian yang mantap, industri tentu telah memanfaatkannya”, sebagaimana dikutip Xinhua.

Pernyataan Crown ini seakan menggambarkan bahwa negara-negara di dunia sedang menghadapi potensi ancaman serius yang tidak ada langkah yang cukup efektif dalam menekan apalagi menghentikan terorisme di dunia maya. Tentu saja hal itu sangat mustahil. Internet yang menyediakan ruang maya yang tidak terbatas merupakan area bebas nilai yang bisa dimanfaatkan baik untuk kepentingan positif maupun negatif.
“Kami lantas memikirkan cara untuk mengatasi hal ini. Membersihkan konten negatif yang sudah kadung menyebar jelas tidak mungkin, apalagi banyak dari konten itu yang disebar melalui akun sosial media. Akhirnya kami kepikiran untuk membanjiri dunia maya dengan konten positif, kami ingin kuasasi laman google dengan konten positif,” lanjutnya lagi.
Pemegang gelar Magister of Arts dari Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menjelaskan bahwa konten negatif yang ada di dunia maya memiliki pengaruh langsung terhadap masyarakat, terlebih saat ini masyarakat sudah sangat akrab dengan dunia maya. Ia bahkan menyebut kemunculan dan pertumbuhan radikalisme dan terorisme di kalangan masyarakat saat ini banyak yang berasal dari berita-berita hoax di dunia maya.
Sebagai salah satu tim ahli di BNPT, Anam, begitu ia biasa disapa, menyatakan bahwa institusinya tidak hanya bertugas untuk mencari dan mengurusi orang-orang yang sudah terjerat terorisme, melainkan –dan ini yang lebih penting—melakukan pencegahan, sehingga paham kekerasan radikal dan teror dapat dimatikan sebelum berhasil menyebar ke masyarakat.
“Gerakan ‘Cerdas di Dunia Maya’ ini adalah salah satu upaya kami untuk melindungi masyarakat dari berita-berita hoax. Selain itu, kami juga ingin menekankan pentingnya bersikap cerdas terhadap perkembangan informasi. Jangan asal membaca, jangan asal percaya; check!
Ditanya terkait perkembangan program yang ia jalankan, Anam mengatakan programnya mendapat sambutan yang sangat positif dari masyarakat. Hingga saat ini program ini telah sampai ke 28 provinsi di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota yang mencapai 4000 lebih pegiat dunia maya.
Anggota dari program ini disebut sebagai “Pasukan Dunia Maya,” mereka berkumpul dan berkreasi bersama di website Damai.id.
“Alhamdulillah, sambutan masyarakat sangat positif. Hal ini tentu memacu kami untuk terus berinovasi dan berkreasi untuk negeri.”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makna Di balik Lambang Universitas Djuanda

Visi dan Misi FISIP Universitas Djuanda-Bogor

Ahmad Fathoni; Pencari Ilmu Tanpa Henti